Following his victory on November 3, 2015, Horrigan became Akron’s first newly-elected mayor in 28 years. Following his election, Horrigan appointed a “Blue Ribbon Task Force” composed of local business and community leaders, to “look under the hood” of City government and make recommendations for its management. During Mayor Horrigan’s first year in office, he led a variety of successful initiatives including: rebuilding relationships with the United States EPA; and working closely with Huntington Bank as it acquired FirstMerit Corporation. Mayor Horrigan also followed through on a recommendation to appoint the City of Akron’s first ever Human Resources Director, which required an amendment to the City’s charter. Other successes for Mayor Horrigan during his first year in office included: hosting six town hall meetings within the community and meeting with every high school senior class within the Akron Public Schools, implementing cost-saving reform of retiree supplemental health benefits, securing approval of First Consent Decree Amendment resulting in $56.7 million in CSO savings; securing nationally competitive $5 million TIGER grant to redevelop Main Street and leading successful effort to bring Stark State Community College campus to Akron. Additionally, Horrigan was recognized by Cleveland Magazine’s Community Leader Power 100 – List of most influential leaders in Northeast Ohio. He joined the coalition of Mayors across the U.S. in the Mayors Against Illegal Guns. In order to further his goal of improving the health of the community, Mayor Horrigan he partnered with Akron Children’s Hospital-Akron Marathon Race Series, County of Summit and Summit County Public Health to launch a citywide 100 Million Steps Walking Challenge. This was the first May primary in Akron in 70 years due to a voter-approved change in primary dates. Summit County Clerk of Courts. Dan Horrigan for Mayor.
Penggunaan berbagai produk teknologi sebenarnya lebih ekonomis dan efektif karena bisa menghemat waktu, uang, dan biaya. Dengan adanya mesin untuk berbagai keperluan ternyata memberikan manfaat yang sangat menguntungkan, terutama secara materiil. Mesin otomatis bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan yang lebih hemat dan efektif. Seperti yang sedikit dibahas sebelumnya, bahwa kemajuan IPTEK yang paling masif lebih pada bidang informasi dan komunikasi. Saat ini IPTEK telah berkembangan sangat pesat. Dapat dilihat dari semakin banyaknya bermunculan berbagai macam teknologi canggih yang dapat membantu aktivitas dalam kehidupan manusia. Dengan semakin berkembangannya IPTEK itu sendiri, menimbulkan efek negatif dan positif. Dapat merusak moral, dimana Internet menjadi media IPTEK yang dapat mempengaruhi moral dari seseorang. Seperti misalnya konten yang berbau negatif dan yang lainnya. Dapat menimbulkan polusi. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat dan banyak dimanfaatkan. Akan tetapi disamping itu banyak sekali polusi pencemaran yang dihasilkan dari perkembangan IPTEK itu sendiri. Dapat membuat orang semakin malas, karena IPTEK memiliki tujuan untuk mempermudah & memanjakan manusia. Jadi manusia akan semakin malas sebab sudah ada teknologi yang dapat menggantikan dirinya bekerja.
Jakarta, 21 September 2021 – Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama Bank Indonesia menyelenggarakan Webinar Nasional Riset Sains Halal & Inovasi Produk Halal Nasional pada Selasa (21/9). Acara ini merupakan Road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-8 tahun 2021. Adapun acara puncak ISEF 2021 akan dilaksanakan pada 25-30 Oktober 2021 secara daring dan luring. Agenda Riset Sains Halal & Inovasi Produk Halal Nasional ini merupakan sebuah medium sarana literasi, komunikasi dan koordinasi dalam rangka meningkatkan pengembangan riset dan inovasi sains halal yang unggul, kompetitif dan berdaya saing. Hal ini tentunya untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai pusat produsen produk halal dunia. Dalam acara ini hadir Laksana Tri Handoko selaku Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Suminto selaku Staf Ahli bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan yang mewakilkan Menteri Keuangan, Prijono selaku Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia, dan Ventje Rahardjo selaku Direktur Eksekutif KNEKS.
Selain itu, proses pelatihan harus direncanakan dan diimplementasikan secara massif, untuk solusi dan inovasi pertanian, sekaligus merespon kebutuhan masyarakat luas akan pangan. Kemampuan untuk menerapkan data di sepanjang rantai pasokan pertanian dapat memungkinkan pertumbuhan produktif dari proses pertanian yang ada, menuju pertanian inovatif dan produktif. Proses yang ditempuh oleh industri juga mempengaruhi proses produksi pangan di bidang pertanian. Industrialisasi baru-baru ini dari proses produksi pertanian telah menyebabkan masalah lingkungan utama, misalnya, degradasi tanah, erosi, pemadatan, dan polusi. Ini berarti hilangnya kualitas tanah dan jasa eko-sistemik yang telah dijamin oleh tanah dari waktu ke waktu. Beberapa bukti dari situasi tanah yang dramatis ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, menawarkan beberapa solusi potensial. Memahami bagaimana teknik industri mengelola pertanian telah menghasilkan degradasi tanah yang harus diperbarui. Dalam hal ini, RI 4.0 harus mencakup tidak hanya inovasi teknologi tetapi juga masalah lingkungan. Bangsa-Bangsa (PBB) mencakup sektor ekonomi sebagai aktor yang bertanggung jawab dan berguna untuk pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sumber daya alam, misalnya tanah, di sektor primer harus diperlakukan sesuai dengan kriteria keberlanjutan agar dapat maju menuju perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Negara-negara industri baru, semisal Korea Selatan dan Taiwan, telah membuktikannya. Mereka membangun perekonomian nasional yang kuat berbasis teknologi. Bagaimana Indonesia Pada 2002, kontribusi ekspor berteknologi tinggi dan menengah terhadap total ekspor manufaktur masih terhitung kecil, yakni 31,2 persen. Bandingkan dengan Malaysia (76,2 persen) atau Thailand (60,3 persen). Negeri jiran tengah berlari kencang, menyusul Korsel dan Taiwan, menuju negara industri baru. Menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenie, kinerja iptek-lah kunci untuk menuju ekonomi berdaya saing. Tapi sayangnya, Indonesia masih terseok-seok di situ. Dilihat dari perkembangan publikasi ilmiah di jurnal internasional selama 1994-2004, misalnya, Indonesia selalu menempati urutan terakhir di antara lima negara ASEAN. Data dari kantor paten Amerika Serikat (USPTO) memperlihatkan pada tahun 2004 saja paten yang diberikan kepada penduduk Indonesia hanya berjumlah 12. Bandingkan dengan Malaysia yang 86 paten atau Thailand sebanyak 33 paten. Di sisi lain, anggaran pengembangan iptek selama 30 tahun terakhir terus mengalami penurunan.