Bahkan, Rumah Belajar menjadi aplikasi pendidikan yang diakses ratusan juta pengunjung selama empat bulan terkahir, serta menjadi aplikasi pendidikan favorit selama ini. Pusdatin juga bekerjasama dengan lintas pihak, sebagai upaya kolaborasi untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan. Kemendikbud juga telah menyiapkan road map untuk 15 tahun mendatang, dalam peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus transformasi digital pendidikan kita. Di antaranya peningkatan skor PISA (Programme for International Student Assesment), dengan target literasi (451), numerasi (407) dan sains (414) pada tahun 2035. Di sisi lain, meningkatkan kuantitas guru penggerak hingga 300.000 pada 2035 seraya memaksimalkan kualitas tenaga pendidikan kita agar mampu menginspirasi peserta didik. Selain itu, Kemendikbud juga menata sistem keuangan digital dalam belanja kebutuhan barang di kawasan 3T dan non 3T. Sistem keuangan digital ini menjadi bagian dari transparansi sekaligus transformasi digital dalam pendidikan kita. Tentu saja, langkah-langkah ini membutuhkan dukungan, energi dan fokus dari banyak pihak, agar mimpi-mimpi besar pendidikan Indonesia bisa terwujud. Walakin, Indonesia membutuhkan terobosan-terobosan strategis dan visi global untuk menyelenggarakan transformasi pendidikan. Kita membutuhkan kerjasama, kolaborasi, kreatifitas dan dedikasi untuk menjaga nyala api belajar siswa kita. M. Hasan Chabibie, Praktisi Pendidikan, Plt.
Saat itulah untuk pertama kalinya TH Bandung menghasilkan nsinyur orang Indonesia. Satu dari keempat orang itu adalah Ir. R Soekarno yang kelak menjadi proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia. Kemudian saat pendudukan Jepang pada 1944-1945, TH berubah nama menjadi Bandung Kogyo Daigaku (BKD) dan menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung setelah Indonesia merdeka. Selanjutnya pada 1946, sempat berpindah ke Yogyakarta dengan sebutan STT Bandung di Jogja yang kemudian menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada 21 Juni 1946, terjadi perubahan nama menjadi Universiteit van Indonesie di bawah kendali NICA dengan Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri kemudian. Setelah itu pada 1950-1959 menjadi bagian dari Universitas Indonesia untuk Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam. Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan proklamasi kemerdekaanserta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan berdirinyaInstitut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Senada dengan itu, Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Prestasi Nasional Kemendikbudristek, Asep Sukmayadi menyampaikan bahwa BIM merupakan bagian dari manajemen talenta nasional untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing. BIM merupakan program terintegrasi yang terdiri dari program beasiswa bergelar (degree) dan non gelar (non degree). “Program ini juga sebagai bentuk penghargaan dan upaya jaminan karir belajar bagi peserta didik berprestasi pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus,” urai Asep. Beasiswa Indonesia Maju bergelar jenjang S1 dan S2 dilaksanakan oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek, sedangkan program beasiswa non gelar, yaitu Program Persiapan S1 Luar Negeri, dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kemendikbudristek. BIM Program Persiapan S1 Luar Negeri adalah program beasiswa yang diberikan guna mempersiapkan peserta didik berprestasi pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus untuk memperoleh kesempatan pendidikan S1 di luar negeri. Tahun ini, BIM Program Persiapan S1 Luar Negeri Angkatan 2 diberikan kepada peserta didik kelas XI pada jenjang SMA/SMK/MA/sederajat yang berprestasi di ajang olimpiade/lomba/kompetisi/festival di beberapa bidang yaitu sains, riset, teknologi dan inovasi; bidang seni, literasi, dan bahasa; bidang olahraga dan kesehatan jasmani; serta bidang vokasi dan kewirausahaan tingkat nasional maupun internasional.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan sektor Industri, karena hal itu mutlak, mau tidak mau kita harus menghadapinya, industrialisasi sudah masuk ke Indonesia. Pertanyaannya, apakah SDM hanya tentang industri ? SDM Indonesia sudah siap menghadapi industrialisasi ? Jika mindset dan kurikulum pendidikan di Indonesia masih tentang kebutuhan industrialisasi, maka yang akan didapat generasi muda hanya seputar etos kerja, disiplin, dan keahlian kerja, dimana dalam praktiknya di lapangan akan dibalut dengan hal-hal buruk lainnya, seperti keserakahan. Karena mindset yang ditanamkan kurang tepat. Istilah Sumber Daya Manusia yang sesungguhnya dan yang lebih penting yaitu lebih membahas dalam hal kepribadian manusia, seperti kasih sayang sosial, empati, toleransi, akhlak, dan tasamuhnya. Jika mindset tersebut berhasil ditanamkan sejak dini (TK, SD, SMP), maka di jenjang selanjutnya, generasi muda Indonesia sudah siap diberi materi dan keahlian yang berbau industrialisasi. Pasca Kemerdekaan, kondisi pendidikan di Indonesia berangsur tertata secara sistematis, mulai dari Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan, peletakan dasar pendidikan Nasional, demokrasi pendidikan, lahirnya LPTK pada tingkat unniversiter, lahirnya perguruan tinggi, hingga sejak tahun 1990 pendidikan di Indonesia diruntutkan mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi yang masih bertahan sampai saat ini.